Selasa, 03 Mei 2011

Tgh. Muhammad Ali Batu (Sakre)

    Beliau adalah Muhammad Ali Batu Bangke Ilang Sabil yang oleh para sejarawan lokal maupun Belanda dianggap sebagai tokoh paling kharismatik sepanjang sejarah perjuangan rakyat Lombok, pemersatu masyarakat khususnya umat islam baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat jelata dari perpecahan dan juga sebagai pejuang dalam perang melawan kekuasaan penjajahan Hindu-Bali di Lombok.
    Dengan kharisma beliau yang luar biasa saat itu telah menjadi modal utama dalam mempersatukan semua kalangan yang ada di Lombok yang terkenal sangat sulit untuk diwujudkan dan kemudian membawa mereka kepada satu tujuan yaitu perjuang suci. Keretakaan-keretakan hubungan masyarakat Lombok yang ada tersebut tidak lepas dari keterbelakangan dan adanya perasaan yang selalu ingin menang sendiri di antara mereka. Tengtang keadaan ini dapat diketahui dari Babad Lombok, Babad Selaparang, Babad Sakre-Karang Asem dan beberapa laporan dari pemerintah Belanda,antara lain:
a. Tentang kharisma beliau yang luar biasa itu dapat diketahui dari sebuah laporan pemerintah Belanda yang menjelaskan sebagai berikut:
“Di tanah ini (Lombok), Haji Muhammad Ali menebarkan benih thoriqotnya.......(yang menurut catatan Belanda disebut dengan “ Sekte Nakasabandrija”).
Orang-orang berdatangan kepada Mohammad Ali di Sakre minta dibiat masuk thoriqotnya, kaum bangsawan dan juga rakyat jelata menganggap suatu keberuntungan apabila diperboleh bergabung dalam barisan para murid yang melakukan ziarah ke tempat kediaman sang guru suci......(Laporang Belanda,Minggu 28-10 s/d 4-11-1897(KV 28-11-1896,V19, hal 26-28).
b. Tentang ketolol-tololan dan keterbelakangan pemikiran yang membut orang Sasak saat itu selalu terpecah-belah pada khususnya dapat di ketahui dari Babad Selaparang babd sakre-Karng Asem.
“Terkisahkan sekarang di Bali, sudah siap lengkap perbekalan dan senjata ,para Gusti di perintahkan untuk mencari kapal layar tempat bekal mesin dan peluru. Ada bantuan dari Tabanan, Buleleng, dan Mangwi juga ikut membantu.Begitulah ceritnya (persiapan itu) sangat baik, kata musyawarah itu, “Raja Sasak itu semuanya tolol.”(Babad Selaparang Bait; 451)
“ Mule meno kelampan Sasak, ndarak pade mele ngasorin, mele amesak-mesak, kewastuan pade cerengeh,marak beberas pesiaq tetolang, ndarak pade likat mudi.....”(Babad Sakre-Karang Asem)
c. Tentang kepahlawanan beliau dan cita-cita perjuangannya yang suci dapat disimak dalam laporan Van Der Krann (1980) yang mengutip pokok-pokok pembahasan Neeb & Asbeck Brusse pada tahun 1897 dan dalam Babad Lombok II.
“Pada tahun 1891 orang Muslim dari suku Sasak di Lombok melakukan pemberontakan terhadap pemerintah raja Bali (Anak Agung Ngurah Karang Asem). Ini bukanlah pemberontakan yang pertama, tetapi memeang yang paling dahsyat. Berbeda dengan sebelumnya, maka pemberontakan kali ini tidak dapat di padamkan. Pemberontakan ini telah menyababkan berakhirnya setengah Abad kekuasaan Bali di Lombok dan mengundang campur tangan Belanda.”(Van Der Krann)
Sedangkan dalam Babad Lombok II dilukiskan tentang tujuan perjuangan suci itu sebagai berikut :
“ Mun kesukaq Allah luih,
Te beriuk ngiring Tuan Guru,
Turut perang sabil andang Bat,
..................................................
Mun te pade menang lemaq,
Ite pade,ndek te buring te pegisiq,
Rakse,dese,dasan te iriq,
......................................................
Petin kebon bangket te kawih ndidik anak jari,
Gen payas gumi Selaprang seseniq.
Secara terperinci tentang sejarah kepahlawanan beliau ini dapat di baca dalam Babad Sakre-Karng Asem.Babad ini belum lama berselang diterbitkan oleh Yayasan Kerta Raharja di Sakra,berupa stensilan dengan catatan-catatan singkat oleh L. Djelenge.

    Adapun khusus tentang sejarah perjalanan keguruan beliau dalam tashawuf(thoriqot), maka dapat disimak dari kiah yang dituturkan oleh Bapak.Guru.Syekh Abdusshomad Habibullah sebagai berikut:
Sejarah keguruan Muhammad Ali berawal dari mimpi, dimana beliau dalam mimpi itu bertemu dengan Baha’uddin al-Naqsyabandy atau dalam dialek(penyebutan) masyarakat Sasak dikenal dengan nama Syekh Ba’idin yang memerintahkannya untuk melakukan suatu pelayaran ke Mekkah dengan membawa perbekalan berupa 160 biji paku,sebuah palu dan sebuah sabuk Saje sepanjang 40 Depa.
    Sampai pada mimpi yang ketiga beliau belum juga melaksanakan perintah mimpi itu hingga akhirnya pada mimpi yang keempat beliau baru berlayar dengan ditemani oleh seorang sahabatnya yaitu Guru Adam dari desa Aik Mual Praya.
Dalam perjalanannya, beliau menghadapi berbagai rintangan yang menyebabkan perahunya pecah. GuruAdam dengan susah payah menyelamatkan diri dan akhirnya terdampar di desa Pengantap Sekotong, sedangkan beliau juga berhasil menyelamatkan diri karena menemukan pohon Paok Jenggik ( Paok ; Mangga ) yang tumbuh di tengah lautan.Kemudian teringat dengan bekal yang ada, beliau pun mulai memanjat dengan menggunakan paku yang dibawanya hingga menghabiskan 100 biji paku.
    Setelah sampai di atas pohon itu, beliau melihat buahnya yang hanya berjumlah satu biji. Namun mendadak seketika itu seekor burung Garuda datang dengan cepat dan memakan buah mangga itu hingga setengahnya. Kesempatan itu tidak disia-siakan,beliau segera bersembunyi dan sangat hati-hati beliau mengeluarkan sbuk saje kemudian mengikat dirinya di kaki burung itu.Karena burung itu hanya memakan setengahnya saja,beliau berfikir.”Di sini tidak ada yang bisa saya makan kecuali buah ini.”Buah itu pun di makannya hingga dirasa cukup sekedar untuk mengganjal perut.
Setelah burung itu terbang jauh hingga sampai ke tengah hutan yang dalam dialek Sasak disebut dengan hutan Serandik yang ada di negeri Mesir.Beliau melepaskankan ikatan sabuknya untuk segera turun sebelum burung itu sadar dan melihatnya.Malang baginya, di tengah hutan itu beliau di kepung sekawanan binatang buas (srigala) yang menyebabkan harus segera menyelamatkan diri dengan memanjat sebatang pohon dengan menggunakan sisa 60 biji paku yang dibawanya.Setelah beberapa saat,seekor srigala yang merupakan raja sekawanan srigala itu segera memanggil srigala-srigala lainnya dan kemudian beramai-ramai mengencingi batang pohon itu sehingga membuat batangnya menjadi goyang.Melihat kondisi tersebut dengan cepat beliau mengikat kerisnya pada ujung sabuk saje dan menjatuhkannya ke mulut srigala hingga akhirnya binatang itu mati.
Melihat rajanya mati,serta merta yang lainnya ketakutan dan segera melarikan diri. Dengan perasaan lega dan penuh rasa syukur yang mendalam beliau segera turun untuk menguliti binatang itu hingga kulitnya dapat dijadikan sebagai pakaian penghangat.
    Diperjalanan selanjutnya beliau melewati sungai Nil, terdpat tempat di sungai itu yang airnya dapat dapat mengubah segala benda yang jatuh didalam membatu(keras bagaikan batu).Hal terbusebut beliau menjadi takut dan ragu untuk menyebrang. Beliau tudak berputus asa, segera di ambilnya debu untuk bertayamum dan kemudian melaksanakan sholat sunat.Usai sholat beliau berdo’a mohon kepada Allah SWT.agar segera di pertolongan dari kesulitan yang dihadapinya.
Allah SWT.mengabulkan do’anya dengan menurunkan hujan badai dahsyat yang menyebabkan sebatang pohon besar tumbang dengan posisi melintang seperti sebuah titian di atas sungai itu.Dengan hati-hati beliau berjalan di atas pohon yang tumbang itu dan berhasil melewati sungai terebut. Namun karena rasa penasaran dengan apa yang di lihatnya, beliau mencoba untuk membuktikan dengan mencelupkan jari telunjuknya kedalam sungai.Dengan kekuasaan Allah SWT. Jari beliau segera berubah membatu (menjadi keras bagaikan batu) dan oleh karena jari yang telah membatu inilah akhirnya gelar Muhammad Ali “ Batu “ dinisbahkan kepadanya.
    Singkat cerita sampailah beliau di sebuah desa di negeri Mesir dan mendapatkan sambutan yang luar biasa dari masyarakatnya. Oleh masyarakat setempat beliau kemudian diarak ke istana Raja (Sulthon). Karena Sulthon tertarik dengan kulit binatang yang dibawanya, maka dibelinya kulit binatang itu seharga dengan empat kantung uang dengan maksud untuk dijadikan jimat.
    Di desa itu beliau menginap di rumah seorang penghulu agama yang menceritakan kepadanya bahwa Syekh yang selama ini bekiau cari itu pada tiap tiga tahun sekali datang berkunjung ke desa tersebut dengan rupa yang berbeda-beda dan itulah sebabnya mengapa ketika beliau datang ke desa itu di sambut dan diarak ke istana raja.Hal itu tidak lain karena beliau dianggap sang Syekh.Penghulu itu juga menambahkan bahwasanya Syekh tersebut kini sedang melakukan suluk di Jabalil Asir (gunung Asir) yang terletak di negeri Yaman.
Setelah mendengar cerita itu, Muhammad Ali mohon agar diantarkan ke tempat tersebut. Penghulu itu menjawab bahwa ia tidak berani pergi ke tempat dimana Syekh berkhalwat. Kemudian Muhammad Ali berkata:”Bila anda tidak berani (sanggup) ke tempat itu,maka cukuplah anda tunjukan dimana arah menuju tempat itu.”Oleh penghulu itu permintaan beliau dikabulkan.
    Kemudian meraka pun melakukan perjalanan ke tempat tujuan.Ketika mereka telah dekat,penghulu itu kemudian menunjukan tempat yang oloeh Muhammad Ali merupakan tempat yang tidak asing lagi baginya disebabkan beliau beberapakali melihatnya di dalam mimpi.Dan sebagai tanda terima kasihnya atas pertolongan penghulu yang telah menunjukan tempat itu,beliau menghadiahkan kepadanya seluruh uang (yang empat kantung) tanpa tersisa sedikitpun. Ini merupakan I’tibar (contoh) bahwa ilmu hakikat adalah ilmu yang tidak ternilai dan juga tidak bisa ditukar atau dibandingkan dengan harta berapapun banyaknya walau hanya sekedar ditunjuki tempat menututnya saja, apa lagi sampai dapat menerimanya. I’brah ini hendak menjadi renungan bagi setiap jama’ah untuk terus bersyukur kepada Allah SWT.karena tidak semua orang mampu berfikir akan tingginya ilmu ini dan juga tidak semua orang sanggup menghargainya sebagaimana Muhammad Ali telah menghargainya.
&nbs ;   Setelah itu beliau pun bertemu dengan Syekh Ba’idin dan langs ng mengucapkan salam kepadanya.Namun beliau sangat terkejut,sesampai di hadapan Syekh Ba’idin beliau bukannya mendapat sambutan sebagaimana yang diharapkan,malah ebaliknya dapat makian.Syekh Ba’idin bertanya:”siapa yang menyuruhmu kesini menemui saya ? “Muhammad Ali menjawab : “Anda wahai Syekh.”
    Kemudian setelah itu oleh Syekh Ba’idin beliau dipersilahkan untuk segera memasuki ruang Suluk (tempat khalwat / pertapaan).Ketika berada dalam pertapaan itulah ubun-ubun beliau di usap oleh Syekh Ba’idin hingga menyebabkan beliau berteriak-teriak dan merasa ketakutan yang luar biasa karena perlihatkan kepadanya keadaan siksa neraka yang konon saat itu sesaat terasa seperti 70 tahun lamanya.
Kejadian saat itu telah meninggal bekas yang sangat mendalam hingga menyababkan beliau menyerah an hidup dan matinya kepada Syekh Ba’idin untuk mendapatkan bimbingan.Oleh Syekh Ba’idin beliau kemudian di perintahkan untuk masuk kembali ketempat khalwatnya yang kemudain ditutup dengan batu dan di tempat itulah beliau tinggal selama tiga tahun.
    Sementara beliau berada di tempat khalwatnya tersebut,di Lombok sahabat beliau Guru Adam kembali melakukan pencarian dengan tujuan agar dapat memukan beliau hidup atau mati.Namun usaha pencarian itu hasilnya tetap nihil.
Untuk kesekian kalinya allah SWT.menunjukan kebesaran-nya, setelah berada selama tiga tahun di dalam batu tersebut,tiba-tiba saja tatkala bangun beliau telah mendapatkan dirinya berada di rumahnya di desa sakra.Keadaan ini bukan hanya mengejutkan dirinya namun juga bagi keluarga dan seluruh masyarakat desa saat itu yang secara spontan membunyikan kentongan tanda bahaya karena mendengar istri Muhammad Ali berteriak-teriak terkejut bahkan ketakutan tatkala tiba-tiba melihat seorang lelaki tidur di dalam rumahnya.Hal tersebut dapat di pahami, sebab sebelumnya beliau dianggap sudah meninggal ketika terdengar kabar perahu yang di tumpanginya pecah, dan terlebih lagi usaha pencarian yang dilakukan oleh Guru Adam tidak menghasilkan apa-apa.Keadaanpun kembali tenang setelah beliau menjelaskan kepada masyarakat semua peristiwa yang di alaminya hingga akhirnya kembali ke desa Sakra.
Selang beberapa waktu di Sakra,tiba-tiba beliau mendapatkan sepucuk surat dari Ba’idin memerihtahkannya agar kembali berlayar ke negeri Mekkah dengan pesan apabilah telah mendekati pelabuhan Jeddah nanti pada hari jum’at tengah hari(sekarang kira-kira pukul 12:00 siang) untuk segera masuk ke sebuah masjid masjid yang terletak di tengah lautan untuk melaksanakan sholat jum’at.
    Kemudian beliau berangkat dan sampai di tempat itu pada waktu yang sesuai dengan apa yang tertulis dalam surat.Ketika beliau memasuki masjid,nampak suasana sepi tanpa seorang pun berada didalam.Namun keadaan tiba-tiba berubah,dalam waktu sekejap entah darimana asalnya jama’ah yang terdiri dari para waliyullah telqah memenuhi ruang masjid.Kemudian setelah khutbah jum’at Syekh Ba’idin datang untuk mengimami sholat jum’at dam Muhammad Ali berdiri tepat di belakangnya.
    Usai sholat,para waliyullah secara perlahan kembali menghilang dan keadaan pun kembali menghilang dan keadaan pun kembali kecuali beliau dan Syekh Ba’idin.karena khawatir Syekh Ba’idin juga akan meninggalkan tempat itu,segera beliau ikatkan jarinya ke surban Syekh Ba’idin hinggaketika sang Syekhhendak meninggalkan tempat itubeliau merasa dad yang menarik surbannya.Syekh Ba’idin pun tau kalau Muhammad Ali ada berada di belakangnya dan dengan segera kemudian beliau memanggil kembalijama’ah sholat jum’at (para waliyullah) untuk berkumpul serta mengumumkan bahwa Muhammad Ali adalah tempat menutup segala pangajian.dan di masjid inilah Muhammad Ali untuk pertama kalinya menerima tawajjuh sekligus mandat dari Syekh Ba’idin sebagai Guru ilmu hakikat.
    Singkat cerita,setelah itu beliau berhaji dan kemudian beliau kembali ke Lombok,untuk memberi pengajian kepada masyarakatdi pulau Lombok,menegakkan kebenaran memimpin mereka untuk mencapai kemerdekaan dari tangan penjajahan Hindu-Bali sebagaimana telah dikisahkan.
    Dengan damikan,maka hubungan antara Muhammad Ali Batu dengan Baha’uddin Naqsyabandy bukanlah hubungana keguruan yang bersifat Barzakhi atau Uwaisy karena pertemuan tersebut bukan dalam wujud ruhani (dalam ruhani ataupun dalam mimipi),namun pertemuan langsung secara dhohir(nyata) walaupun sebagaimana telah dikisahkan bahwa jarak kehidupan di antara keduanya adalah sekitar 500 tahun (Baha’uddin wafat pada tahun 1389 M. Dan Muahammad Ali pada tahun 1892 M.) dan jalur keguruan seperti ini sangat terjadi dalam sejarah pada shufi.
Adapun jalur seperti di atas dalam sejarah keguruan para shufi pernah terjadi pada Syekh Abdul Karim al-Jilli dengan Nabi Muhammad SAW.sebagaimana beliau kisahkan dalam kisahnya al-Insan al-Kamil fii Ma’rifati Awaakhiri wal Awaalihi menjelaskan :
“ Suatu ketika saya pernah bertemu dengan dia dalam bentuk persis seperti Syekh saya Syarafuddin Isma’il al-Jabarty,tetapi saya tidak mengetahui bahwa dia (Syekh) itu sebenarnya adalah Nabi Muhammad, karena setehu saya bahwa dia (Nabi) itu adalah Syekh.Ini adalah suatu penglihatan yang saya dapati di Zabit Yaman pada tahun 796 H (1393 M.).Maka hakikatnya yang ada dalam peristiwa itu adalah bhwa Nabi Muhammad mempunyai kekuatan unmenampilkan diri dalam setiap bentuk.”
Haji Muhammad Ali Batu sang Guru suci,pemersatu umat danpahlawan pada perang Lombok itu wafat pada tanggal 15 Maulid 1310 H. Atau bertepatan tanggal 7 Oktober 1892 dalam suatu pertempuran yang menyebabkan beliau mendapatkan gelar Muhammad Ali Batu “ Ilang Sabil “yang artinya “ Mati syahid “dan dimakamkan di desa Sakra Lombok Timur.
Sumber : http://ismulhaq.com/ind/index.php?option=com_content&task=view&id=51&Itemid=67

3 komentar:

  1. amin ya aku dapat sedikit membaca tentang hambamu yang soleh & berjuang membela kebenaran semata_mata karna allah awt.

    BalasHapus
  2. manteeeeeeeeeeeepppppppppppppppppp

    BalasHapus